Nyemplung Empang

Sambil membawa arit, Salim memanjat pohon dengan hati-hati. Perlahan aku mulai menyingkirkan ranting kecil yang sudah dipotong olehnya.

Saat hendak menarik dahan beserta dedaunannya, kakiku tak sengaja menginjak tempat yang salah.  Tubuh kecilku ikut terperosok, membuat sebuah lubang besar semakin jelas menganga.

Bau busuk pun mulai tercium, setelah air comberan pada sebuah lubang itu menenggelamkanku sebatas dada. Aih...


"Astaghfirullahaladzim..." mulutku dengan spontan mengucap kalimat Illahi.

Salim tak henti-hentinya menertawaiku. Bukannya segera turun dan menolongku, eh malah nangkring di atas pohon sambil menatapku penuh keheranan.

"Sialan!" ucapku dalam hati.

Pak Sar yang melihatku kesusahan bergegas mengulurkan tangan. Dengan cekatan ia membantuku naik ke atas permukaan.

Sungguh, saat itu aku seperti tidak berdaya. Aku tidak bisa menyelamatkan diriku sendiri. Tidak ada landasan yang bisa kutapaki. Licin sekali rasanya.

Selain itu aku harus merelakan sendalku yang tertinggal di dasar lumpur. Iya, salah satu sendal terselip cukup dalam, kakiku tak bisa meraihnya.

Main ke kontrakan Pak Sar


Pagi itu seperti biasanya, tak ada yang istimewa. Teman-teman yang lain juga begitu. Kalau lagi libur kerja seperti ini, kita nggak kemana-mana. Paling banter, cuman tidur-tiduran atau nonton TV. Maklumlah, anak kostan. 

Saat itu aku sedang makan. Pada suapan nasi terakhir, tiba-tiba ponselku berdering.

"Halo, Assalamualaikum. Iya ada pak?"

"Waalaikumsalam, Oiya kamu lagi kostan, nak?" tanya Pak Sarmani.

"Iya nih, pak. Ini baru aja selesai makan."

"Kamu mau nggak ikut bapak?" pinta Pak Sar.

"Emang mau ke mana Pak?" tanyaku penasaran.

"Begini, bapak mau lihat-lihat kebon sama kontrakan yang ada di desa sebelah. Kalau kamu lagi nggak ada acara, ayo ikut bapak!"

Singkat cerita aku langsung mengiyakan permintaan Pak Sar. Toh, aku juga lagi ngga ada kegiatan. Seragam kerja dan baju-bajuku yang lain juga sudah selesai aku cuci.

Waktu itu, aku kepikiran satu teman. Dia kan juga lagi libur, sekalian aku ajak saja dia.

Salim namanya. Temen dekatku waktu masih jadi anak perantauan. 

Kami bertiga bergegas pergi ke tempat yang di tuju. Aku dibonceng sama Pak Sar, sedangkan Salim sendiri dengan motornya.

****

Related Posts:

Belum ada tanggapan untuk "Nyemplung Empang"

Post a Comment

Yuk, kasih komentar kalian di sini!