Ramadhan Day 6

Sebuah Mahkota Kebanggaan

Kata orang-orang “Berbukalah dengan yang manis-manis”. Maka es teh manis,  menjadi minuman buka puasa kali ini. Seperti bernostalgia pada puasa tahun-tahun lalu, aku ingin mengingat kenangan manis itu bak gula yang terlarut oleh air. 

Hilang wujudnya ditelan air, namun timbul bentuk baru yang akan membaur  membentuk larutan berasa manis. Melekat kuat, pekat. Kucicipi larutan kenangan itu, lalu lidah berkata “Iya, manis sekali”. 

Namun tidak dengan hati. Ia berkata lain “Bahhh..  Rasa manis ini sama sekali tidak bisa mengobati luka pahit yang menderaku. Bahkan ini menambah deritaku”. Tersadar akan itu, diri ini seperti ikut merasakan apa yang hati rasakan. Semanis apapun itu tak akan bisa menawarkan luka pada perasaan dan pikiranku.
***

Lalu dengan apa aku hempaskan rasa bebal ini, jika kenangan manis itu tak akan terulang kembali. Semuanya berlalu begitu saja, tanpa kuduga. Hilang, musnah sudah harapan yang telah kurajut bertahun-tahun lamanya. 

Seolah-olah takdir yang tertulis membuat sekat antara usaha dan pengharapanku. Sehingga tidak ada lagi sedikitpun celah bagiku untuk mewujudkan keinginan, bahkan mengulang kenangan itu. Sudah tidak ada lagi kesempatan, peluang pun ikut hilang.
***

Ingin sekali kuhadiahkan sebuah kado terbaik untuknya. Kado pertamaku, kado yang belum sempat kuberikan. Karena takdir yang tertulis itu berkata lain. Waktu telah menjawap pertanyaanku, melenyapkan segala keinginanku, mengambil alih seluruh pengharapan dan impian. Iya,  waktu telah menjawab. 

Tak perlu kuulang lagi pertanyaan yang sama padanya. Karena itu akan membuat hati ini semakin perih, bagai luka menganga disiram dengan air garam. Pedih tak terkira. Lalu bagaimana dengan kado terbaik itu, apakah masih bisa tersampaikan. 

Tidak, tidak mungkin. Tidak untuk saat ini. Kado itu hanya berlaku pada satu dimensi saja. Dimensi manusia.
***
Pesan terakhir darinya, iya mungkin itu kado yang ia pinta. Sebuah hadiah yang sebelumnya tidak pernah ia ajukan padaku. Aku tahu ini akan sangat berat. 

Jika tidak aku usahakan aku akan sangat bersalah padanya. Bagaiamanapun pula, aku harus bisa mewujudkannya. Memberikan kado terbaik untuknya. Iya suatu saat akan kuserahkan kado itu. Aku sendiri yang akan memakaikannya, sebuah “mahkota kehormatan di kepala”. Insya Allah.
***


El
June 11th, 2016 
#F71 

Related Posts:

Belum ada tanggapan untuk "Ramadhan Day 6"

Post a Comment

Yuk, kasih komentar kalian di sini!