Malu Karena Setelan Rambut

Sebulan yang lalu dia kuajak ke toko buku satu-satunya dan terdekat di kota ini. Aku lagi ingin menambah daftar bacaan. Namun, dia menolak dengan alasan malu karena rambutnya. Dia baru saja potong. Bros.

"Ayo Bang Ucup, kita pergi ke toko buku!  Ada bacaan yang ingin kubeli."

"Ehh, jangan sekarang. Rambutku masih pendek. Aku malu keluar dan membaur dengan banyak orang. Bulan depan saja, setelah lebaran ya?"

"Kelamaan mah, kalau habis lebaran. Keburu promonya habis. Ntar nggak kebagian diskon lagi."

"Nggak papa, aku malu banget keluar plontos kayak gini"

"Gitu aja malu. Kalau kamu ke sana dengan telanjang badan, baru malu. Lagian kan masih bisa pakai topi atau peci buat nutupin kepala?"

Dia bersikeras tidak mau kuajak. Padahal ini momen yang tepat, dan mood-ku lagi bagus.
Sebulan kemudian, sehabis lebaran. Kutagih janjinya. Sebelumnya, kita bernegoisasi perihal waktu keberangkatan ke sana. Pukul 20.00 kita bersiap berangkat.

"Kok pakai baju koko sama peci,  Bang? Memangnya kita mau lebaran di toko buku. Atau mau kondangan?"

"Eh nggak Yull, ini buat nutupin rambut." celetuk Bang Ucup sambil meluruskan pecinya yang miring.

"Yang benar saja? Udah sebulan lebih, nggak nambah panjang juga? Mending pakai kaos, jaket, sama topi aja. Beres." 


Lama kita berdebat soal pakaian yang dia kenakan. Akhirnya kita memutuskan untuk segera berangkat. Aku yang menyetir motor, dia bonceng di belakang. Tak peduli orang mau berkata apa.

Related Posts:

Belum ada tanggapan untuk "Malu Karena Setelan Rambut"

Post a Comment

Yuk, kasih komentar kalian di sini!